Text
Pemodelan gpr 2d untuk lapisan batuan dalam menentukan potensi pembentukan air asam tambang
Aktifitas pertambangan batubara selain membawa dampak positip juga
menimbulkan dampak negatip, yaitu pencemaran lingkungan dari area
pertambangan hingga ke badan sungai. Pencemaran lingkungan tersebut
disebabkan oleh limbah cair yang disebut air asam tambang yang merupakan hasil
oksidasi mineral sulfida seperti pirit, air dan udara. Jika air asam tambang ini
terbentuk maka ia akan mengalir dalam lapisan bumi dan berinteraksi dengan
mineral-mineral lainnya kemudian akan meningkatkan konsentrasi logam beracun
dan masuk ke badan sungai sehingga menurunkan pH air sungai yang sangat
bernbahaya bagi lingkungan.
Penelitian mengenai air asam tambang selama ini dilakukan secara parsial.
Padahal permasalahan air asam tambang melibatkan banyak faktor sehingga
memerlukan penanganan secara komprehensif dan dilakukan sedini mungkin
mulai dari sebelum operasi penambangan. Sehingga cara yang paling baik dalam
mengatasi air asam tambang adalah pencegahan dengan mengelaborasikan
beberapa pendekatan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan Geo
Penetrating Radar (GPR) secara 2 dimensi (2D) untuk tanah/batuan dalam
menentukan potensi pembentukan air asam tambang. Penelitian ini dilakukan
dalam beberapa tahap. Pada tahap awal, dilakukan inventarisasi data-data
sekunder yang berhubungan dengan potensi pembentukan air asam tambang.
Selanjutnya dilakukan pengukuran dan pengolahan data Geo Penetrating Radar
(GPR) untuk mendapatkan pola refleksitas lapisan-lapisan batuan dengan disertai
pemodelan lapisan batuan menggunakan pendekatan FDTD (Finite Difference
Time Domain) 2D. Dalam pemodelan tersebut, dilakukan penyederhanaan
kompleksitas lapisan bumi dengan menggunakan asumsi-asumsi yang tetap
memperhatikan trend geologi/litologi setempat. Model input yang digunakan
adalah konduktifitas listrik, permeabilitas magnetik dan permitivitas dielektrik.
Sedangkan syarat batas yang digunakan adalah Perfect Match Layer (PML) untuk
menghindari refleksi bidang batas. Output dari pemodelan ini berupa visualisasi
medan listrik pada area model yang menunjukkan pola refleksi lapisan-lapisan
batuan dan kemungkinan adanya anomali (dalam hal ini adalah pirit) dalam setiap
lapisan. Disamping itu juga pengujian sampel dilakukan untuk mengetahui sifat
fisik material seperti densitas dan porositas dan untuk mengetahui karakteristik
vii
seperti mineralogi batuan dengan alat X-Ray Difraction (XRD) dan Scanning
Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM_EDS).
Hasil pemodelan GPR dengan berbasis pendekatan FDTD menunjukkan bahwa
mineral sulfida (pirit), meski dalam ukuran yang sangat kecil, dapat terdeteksi
oleh penjalaran gelombang elektromagnetik GPR 2 dimensi dengan frekuensi
sumber transmitter 283 MHz, dibawah 250 MHz yaitu 240 MHz dan 180 MHz,
frekuensi tertentu dibawah 100 MHz yaitu 47 MHz. Hasil pengujian karakteristik
fisika batuan diperoleh bahwa batuan yang dominan memiliki silt atau clay yang
banyak dijumpai pada lapisan overburden lebih berpotensi menghasilkan air asam
tambang daripada batuan dengan ukuran butir besar dengan nilai porositas besar
dan nilai densitas kecil. Dan mineral penyusun lapisan batubara ( coal seam )
didominasi oleh mineral lempung (dalam penelitian ini, dari yang paling banyak
hingga paling sedikit adalah kaolinite, illite dan montmorillonite) dan mineral
kuarsa sedangkan mineral sullfida yang dominan muncul pada sampel adalah
pirit.
No copy data
No other version available