Text
Efikasi Bioinsektisida Beauveria Bassiana (Bals.) Vuill. terhadap Gryllus Bimaculatus De Geer (Orthoptera: Gryllidae) pada tanaman padi utama dan ratun
Padi merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Upaya peningkatan hasil produksi sering terhambat oleh gangguan serangga hama. Serangga hama utama tanaman padi adalah penggerek batang, hama putih palsu, kepinding tanah, orong-orong, belalang, dan walang sangit. Kerusakan yang ditimbilkan oleh hama putih palsu sebesar 50%, kepinding tanah 60-80%, dan walang sangit 40%. Sampai saat ini pengendalian hama yang dilakukan petani adalah pengendalian kimia yang terbukti dapat merusak lingkungan. Oleh sebab itu perlu dicari alternatif pengendalian yang aman bagi lingkungan. Pengendalian yang dapat diterapkan adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan jamur patogen serangga (entomopatogen). Salah satu jamur entomopatogen yang telah banyak dikembangkan adalah jamur B. bassiana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi berbagai dosis bioinsektisida B. bassiana terhadap mortalitas jangkrik (serangga uji) dan pengaruh aplikasi berbagai dosis bioinsektisida B. bassiana terhadap pertumbuhan tanaman padi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diaplikasikan adalah bioinsektisida B. bassiana dengan dosis 1 L.ha-1, 2 L.ha-1, 3 L.ha-1, B. bassiana komersil sesuai anjuran dikemasan, dan 0 L.ha-1 sebagai kontrol. Pengamatan padi utama dilakukan setiap 2 minggu sekali yaitu pada umur 3, 5, 7, 9, dan 11 minggu setelah tanam (mst). Sedangkan pada padi ratun hanya diamati pada umur 3,5, dan 7 minggu setelah potong (msp). Aplikasi bioinsektisida B. bassiana pada padi utama berpengaruh nyata terhadap mortalitas nimfa jangkrik. Mortalitas nimfa yang diaplikasikan B. bassiana berbeda nyata dengan yang tidak diaplikasikan (0 L.ha-1). Mortalitas tertinggi nimfa jangkrik terjadi pada perlakuan Bb 3 L.ha-1 yaitu sebesar 47,50% dan mortalitas terendah pada perlakuan 0 L.ha-1. Nilai LT50 tercepat terjadi pada perlakuan Bb 3 L.ha-1 yaitu 7,68 hari, sedangkan nilai LT50 paling lama adalah perlakuan Bb 0 L.ha-1 sekitar 41,20 – 98,37 hari. Kerusakan tertinggi terjadi pada perlakuan Bb 0 L.ha-1 yaitu sebesar 10,50% - 52,01%, sedangkan kerusakan terendah terjadi pada perlakuan Bb 3 L.ha-1 yaitu 5,99 % - 40,18%.
Hasil penelitian menunjukkan aplikasi bioinsektisida B. bassiana pada padi ratun berpengaruh nyata terhadap nimfa jangkrik. Mortalitas nimfa yang diaplikasikan B. bassiana berbeda nyata dengan yang tidak diaplikasikan (0 L.ha- 1). Mortalitas tertinggi nimfa jangkrik terjadi pada perlakuan Bb 3 L.ha-1 yaitu sebesar 52,50% dan mortalitas terendah pada perlakuan 0 L.ha-1. Nilai LT50 tercepat terjadi pada perlakuan Bb 3 L.ha-1 yaitu 7,00 hari, sedangkan nilai LT50 paling lama adalah perlakuan Bb 0 L.ha-1 sekitar 50,47 – 64,80 hari. Kerusakan tertinggi terjadi pada perlakuan Bb 0 L.ha-1 yaitu sebesar 11,55% - 34,14%, sedangkan kerusakan terendah terjadi pada perlakuan Bb 3 L.ha-1 yaitu 5,94 % - 19,82%. Pada padi utama bioinsektisida berbahan aktif B. bassiana yang diaplikasikan dengan dosis 1,2, 3 L.ha-1 (kerapatan spora 6,25 x 109 spora mL-1) dan B. bassiana komersil (kerapatan spora 4,5 x 1010 spora g-1) berpengaruh nyata terhadap mortalitas nimfa G. bimaculatus pada padi utama dengan mortalitas tertinggi pada dosis 3 L.ha-1. Sedangkan pada padi ratun bioinsektisida berbahan aktif B. bassiana yang diaplikasikan dengan dosis 1,2, 3 L.ha-1 (kerapatan spora 6,25 x 109 spora mL-1) dan B. bassiana komersil (kerapatan spora 4,5 x 1010 spora g-1) juga berpengaruh nyata terhadap mortalitas nimfa G. bimaculatus pada padi ratun dengan mortalitas tertinggi pada dosis 3 L.ha-1.
No copy data
No other version available