Text
Analisis perbandingan penggunaan pasir pantai, pasir darat, dan pasir sungai terhadap kinerja dari Perkerasan Lentur Lataston Wearing Course (Hrs-Wc) dengan menggunakan Metode Marshall
Gempa bumi tidak bisa diprediksi kapan datangnya sehingga struktur bangunan harus direncanakan tahan terhadap beban gempa. Struktur baja sangat baik perilakunya saat diberi beban gempa karena sifat baja yang ductile. Dalam perencanaan, sambungan pada struktur baja biasanya diasumsikan sendi atau jepit, nyatanya sulit untuk membuat kondisi sambungan sendi atau jepit di lapangan. Asumsi semi-rigid lebih cocok untuk sambungan baja. Variasi sambungan baja juga beragam, sehingga pemilihan sambungan baja yang paling baik akan sulit. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang sambungan baja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui metode analisis struktur bangunan baja semirigid dan mengetahui jenis sambungan yang mempunyai kapasitas energi disipasi dan kekakuan paling besar. Model struktur yang digunakan dalam analisis struktur adalah model 2D yaitu struktur portal satu tingkat dengan satu bentang. Model sambungan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu double web-angle disingkat dwa, top and seat-angle without double web-angle disingkat tsawodwa, top and seatangle with double web-angle disingkat tsawdwa, extended end-plate without column stiffeners disingkat eepwocs dan t-stub disingkat ts. Analisis struktur dilakukan dengan dua model yaitu model garis dan model solid. Model solid digunakan untuk mengetahui perilaku sambungan saat diberikan beban gempa siklik sedangkan model garis digunakan untuk verifikasi keakuratan model solid. Hasil penelitian ini yaitu struktur eepwocs memiliki kekakuan paling besar sedangkan dwa memiliki kekakuan paling kecil. Dalam kaitannya dengan penyerapan energi gempa, sambungan dwa memiliki kapasitas energi disipasi yang paling besar sebesar 80.364,853 Joule sedangkan eepwocs memiliki kapasitas energi disipasi yang paling kecil sebesar 4.451,454 Joule.
No copy data
No other version available