Text
Kultivasi mikroalga chaetoceros sp. dan spirulina sp. untuk potensi biodiesel
Perlunya memproduksi dan menggunakan sumber bahan bakar terbarukan
yang dapat menanggulangi persediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin
menipis serta mengatasi dampak pemanasan global. Biodiesel adalah bahan bakar
yang berasal dari biomassa tumbuhan maupun hewan dan bersifat sama seperti
solar namun lebih ramah lingkungan. Sumber bahan baku pembuatan biodiesel
diantaranya yaitu kedelai, kelapa sawit, jarak, mikroalga, canola, kelapa, bunga
matahari. Mikroalga menjadi satu-satunya sumber biodiesel terbarukan yang
mampu memenuhi permintaan global untuk bahan bakar transportasi.
Kemampuan mikroalga dalam memproduksi minyak dari hasil fotosintesis lebih
efisien dibandingkan dengan tanaman lain serta tidak membutuhkan lahan yang
luas untuk produksi biomassa.
Chaeotceros sp. dan Spirulina sp. merupakan jenis mikroalga dengan
kandungan minyak yang tinggi sehingga dijadikan sebagai sumber bahan baku
biodiesel. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji laju pertumbuhan dan
kandungan minyak Chaetocheros sp. dan Spirulina sp. sehingga dari keduanya
didapatkan jenis yang berpotensi lebih tinggi sebagai bahan baku biodiesel.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2016 di
Laboratorium Bioekologi Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya,
Inderalaya. Bibit mikroalga berasal dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP)
Situbondo. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan kultur tiap jenis
mikroalga dilakukan sebanyak tiga kali ulangan tanpa perbedaan perlakuan.
Pengamatan yang dilakukan ialah pengamatan kepadatan sel dengan metode
mikroskopi dan spektroskopi, laju pertumbuhan dan kandungan minyak mikroalga
serta pengukuran kualitas air sebagai data pendukung. Ekstraksi minyak
menggunakan metode Bligh-Dyer dengan sampel bubuk mikroalga yang dipanen
pada hari ke-5.
Laju pertumbuhan rata – rata Chaetoceros sp. λ 450 nm 0,190 x 105
sel/ml/hari, λ 590 nm 0,207 x 105 sel/ml/hari, λ 680 nm 0,197 x 105 sel/ml/hari
dan rata – rata laju pertumbuhan Spirulina sp. mikroskopi 0,134 x 105
sel/ml/hari, λ 450 nm 0,162 x 105 sel/ml/hari, λ 590 nm 0,154 x 105 sel/ml/hari
dan λ 680 nm 0,156 x 105 sel/ml/hari. Kandungan minyak Chaetoceros sp.
sebesar 14,89% dan Spirulina sp. 18,11%. Potensi Spirulina sp. sebagai bahan
baku biodiesel lebih besar dibandingkan Chaetoceros sp.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat
diajukan yaitu perlu dilakukan penetapan standar absorbansi fase lag agar
mendapatkan nilai absorbansi dan gambaran pola pertumbuhan yang tepat. Masa
panen harus dilakukan di akhir fase eksponensial atau di awal fase stasioner agar
didapat kandungan minyak maksimal. Perlu dilakukan pengujian gas kromatografi
untuk mengetahui karakterisasi asam lemak yang dapat digunakan sebagai
biodiesel. Perlu dilakukan metode kultur fotoperiodik dengan fase terang – gelap
agar memungkinkan metabolisme sel berjalan dengan optimal.
No copy data
No other version available