Text
Pengujian gasifikasi tempurung kelapa pada inverted downdraft gasifier
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari waktu ke waktu mengkibatkan kebutuhan terhadap energi juga mengalami peningkatan, namun hal ini tidak diringi dengan penambahan sumber daya alam yang tersedia sehingga manusia dipaksa untuk mencari sumber energi alternatif baru yang lebih murah, melimpah dan dapat dipebaharui. Biomassa adalah salah satu bentuk energi baru terbarukan yang tersedia dalam jumlah besar di Indonesia. Biomassa yang banyak terdapat di Indonesia diantaranya serbuk kayu dan tempurung kelapa. Tempurung kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah ditemui di sekitar kita dan pemanfaatannya juga masih sebatas diubah menajadi bentuk arang. Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam jumlah yang besar. Salah satu cara pengkonversian limbah biomassa adalah melalui proses gasifikasi. Gasifikasi adalah proses pengkonversian bahan bakar padat menjadi bentuk gas mampu bakar melalui suatu proses pembakaran tidak sempurna yang terjadi dalam sebuah reaktor. Proses gasifikasi berlangsung dalam reaktor yang disebut gasifier. Tipe yang populer digunakan untuk skala 200 kW adalah tipe unggul tetap (fixed bed). Tipe unggul tetap yang sangat baik untuk aplikasi pada mesin pembakaran didalam adalah jenis downdraft gasifier karena pada prosesnya mengandung gas yang relatif bersih. Penelitian dimulai dengan melakukan studi literatur dari berbagai jurnal, buku dan sumber lainnya yang mendukung untuk proses penelitian ini. Setelah itu dilakukan xi pengujian secara berulang. Data yang dihasilkan dari proses pengujian kemudian diolah dan dibahas yang nanti disimpulkan dalam bentuk tabel dan grafik. Pada proses pengujian jika bahan bakar pada reaktor akan habis, nyala api atau produksi gas mampu bakar akan turut berkurang dan lama-lama akan habis. Ini menandakan bahwa bahan bakar telah melewati daerah oksidasi. Selain karena bahanan bakar habis, produksi gas mampu bakar juga dapat berhenti jika udara yang dimasukkan melebihi udara gasifikasi dan juga jika bahan bakar dalam reaktor tidak terdistribusi dengan baik (baha bakar di daerah drying dan pyrolisis tidak turun ke daerah oksidasi). Proses gasifikasi ini menggunakan bahan bakar sebanyak 6 kg tiap pengujian, dengan rataan gas mampu bakar bertahan kurang lebih 40 menit. Tiap pengujian menghasilkan lama nyala api yang berbeda dikarenakan ukuran bahan bakar yang tidak seragam. Selain itu jumlah udara yang disupai kedalam reaktor juga mempengaruhi lama nyala gas, semakin besar supai udara yang diberikan maka lama nyala gas akan semakin cepat, namun memiliki visualisasi api yang lebih besar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada equivalensi rasio antara 0.19 - 0.25 gas yang dihasilkan merupaka gas mampu bakar.
No copy data
No other version available