Text
Analisis matrix acidizing untuk meningkatkan produksi pada sumur ra – 04 di lapangan PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih
Suatu sumur dapat mengalami penuruan produksi salah satu akibatnya adalah
adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur. Kerusakan formasi
menyebabkan berkurangnya permeabilitas sehingga dapat menghambat laju alir
fluida. Kerusakan formasi dapat diperbaiki dengan stimulasi. Stimulasi adalah
suatu proses perbaikan pada suatu sumur untuk dapat meningkatkan permeabilitas
formasi agar laju produksi dapat meningkat. Stimulasi dibagi menjadi dua metode
yaitu acidizing dan hydraulic fracturing. Faktor yang mempengaruhi dalam
pemilihan metode tersebut adalah karakteristik batuan, volume pori, tekanan dan
temperatur reservoir. Dari hasil tes PBU yang dilakukan pada tahun 2015, sumur
RA-04 memiliki skin sebesar 70,8 atau delta P sebesar 432,272 psi. Suatu sumur
yang memiliki skin positif maka sumur tersebut harus dilakukan perbaikan. RA-
04 memiliki karakteristik batuan dominan karbonat sehingga metode yang
digunakan adalah matrix acidizing. Berdasarkan perhitungan kurva IPR (Inflow
Performance Relationship) sebelum stimulasi sumur tersebut memiliki laju
produksi maksimal (Qmax) sebesar 242,148 BFPD dengan productivity index
0,232 BOPD. Setelah dilakukannya stimulasi laju produksi maksimal meningkat
menjadi 868,85 BFPD dengan productivity index 0,871 BOPD. Dari hasil tabel
produksi diketahui bahwa gas rate sebelum stimulasi sebesar 1MMSCF dan
mengalami kenaikan setelah stimulasi menjadi 3 MMSCF. Selama 10 hari fluida
pada sumur tersebut dapat mengalir secara natural flow dan kembali
menggunakan artificial lift setelahnya. Dapat dikatakan bahwa stimulasi yang
dilakukan pada sumur RA-04 berhasil. Berdasarkan hasil evaluasi stimulasi
disarankan untuk dilakukan uji lab terlebih dahulu agar proses pengerjaan dapat
lebih maksimal
No copy data
No other version available