Skripsi
STUDI ALTERASI HIDROTERMAL BATUAN GRANIT FORMASI GRANIT GARBA MENGGUNAKAN METODE PETROGRAFI DAN X-RAY DIFFRACTION PADA DAERAH PANCUR PUNGAH DAN SEKITARNYA, KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN
Penelitian ini membahas mengenai Alterasi Hidrotermal Batuan Granit Formasi Granit Garba pada Daerah Pancur Pungah dan Sekitarnya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan. Keterbentukan batuan granit pada daerah penelitian mengalami proses alterasi hidrotermal yang terpengaruhi oleh aktivitas magmatik. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan karakteristik megaskopis dan mikroskopis alterasi, menentukan mineral alterasi menggunakan analisis XRD, menentukan pola sebaran zona alterasi, menentukan tingkat intensitas alterasi, mengidentifikasi pengontrol terjadinya alterasi dan menjelaskan tahapan pembentukan zona alterasi berdasarkan himpunan mineral pada daerah penelitian. Metode yang diggunakan dalam penelitian ini adalah metode Petrografi dan X-Ray Diffraction (XRD). Analisis Petrografi bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi mineral, karakteristik batuan, nama atau jenis batuan berdasarkan sifat optiknya dengan menggunakan mikroskop polarisasi. Analisis X-Ray Diffraction (XRD) merupakan salah satu analisis untuk mengetahui karakteristik suatu Kristal atau mineral dengan hasil berupa grafik. Metode difraksi umumnya digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang belum diketahui kandungannya dalam suatu padatan dengan cara membandingkan data difraksi dengan database. Berdasarkan hasil analisis Petrologi, Petrografi dan XRD ditemukannya mineral alterasi berupa kuarsa sekunder, biotit sekunder, serisit, klorit, epidot, natrolit, diaspor, wolastonit, dolomit dan kaolinit pada daerah penelitian. Himpunan mineral-mineral tesebut terhimpunan dengan sebaran zona alterasi pada daerah penelitian dikelompokkan menjadi tiga zona alterasi yaitu zona argilik (200 - 400oC), zona propilitik (200 - 300oC) dan zona philik (120 - 200oC). Intensitas alterasi yang terjadi pada daerah penelitian memiliki 3 tingkatan intensitas yaitu dengan intensitas lemah/weak (< 25%), intensitas sedang/moderate (26 – 50%) dan intensitas kuat/strong (51 – 75%). Faktor pengontrol terjadinya proses alterasi pada daerah penelitian yaitu suhu dan tekanan, struktur geologi, permeabilitas, durasi aktivitas hidrotermal, konsentrasi larutan hidrotermal dan karakteristik batuan samping. Dapat diidentifikasikan adanya 3 tahap pembentukan mineral alterasi berdasarkan analisis petrografi dan XRD. Pada Stage I mineral yang terbentuk adalah mineral primer seperti kuarsa, alkali feldspar, plagioklas feldspar, hornblende, biotit, aktinolit. Stage II mineral primer mulai berubah akibat perubahan temperatur, dan mineral yang terbentuk ialah biotit sekunder, klorit, serisit, epidot dan diaspor. Kemudian pada Stage III dicirikan dengan mineral natrolit, siderit, kaolinit dan juga hadir urat kuarsa yang memotong mineral lain.
| Inventory Code | Barcode | Call Number | Location | Status |
|---|---|---|---|---|
| 2407004013 | T149302 | T1493022024 | Central Library (Reference) | Available but not for loan - Not for Loan |