Text
Faktor penentu kinerja penyuluh pertanian dan perannya perhadap implementasi Good Agricultural Practices (GAP) di Provinsi Bangka Belitung
Peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk mewujudkan penerapan GAP hortikultura oleh petani adalah memperbaiki pola pikir petani melalui pelaksanaan penyuluhan GAP hortikultura. Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya petani di bidang pertanian, di mana untuk menjalankan tugas ini penyuluh harus memiliki kualitas sumberdaya yang handal, memiliki kemandirian dalam bekerja, profesional serta berwawasan global. Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terus-menerus mengalir, sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan manajemen penyuluhan yang polivalen Tujuan penelitian adalah (1) Mendeskripsikan kondisi Good Agricultural Practices (GAP) di Provinsi Bangka Belitung, (2) Menganalisis kompetensi penyuluh pertanian yang dapat memenuhi kondisi ideal dari para penyuluh di Provinsi Bangka Belitung, (3) Menganalisis kinerja penyuluh pertanian yang dilandasi oleh aspek sistem penyuluhan pertanian dan kompetensi penyuluh, serta perannya terhadap pengembangan Good Agricultural Practice (GAP) di Provinsi Bangka Belitung. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bangka Belitung yaitu di tiga kabupaten dari 7 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yakni Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini telah membentuk kelembagaan penyuluhan sesuai undang-undang nomor 16 tahun 2006 dan memiliki penyuluh terbanyak di Provinsi Bangka Belitung. Penelitian ini menggunakan metode survei dan Unit analisisnya adalah semua penyuluh pertanian yang ada di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Besarnya jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan secara probabilita, yaitu sampel acak stratifikasi (stratified random sampling). Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 125 penyuluh pertanian dari 147 penyuluh dan dalam penelitian ini untuk kebutuhan data pendukung penelitian, melibatkan sebanyak 100 orang petani binaan penyuluh pertanian yang terpilih menjadi sampel. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan program LISREL 8.30 (Linear Structural Relationships). Hasil penelitian menunjukkan Pelaksanaan Good Agricultural Practices (GAP) di Provinsi Bangka Belitung belum berjalan secara optimal yaitu karena masih terhambat oleh berbagai kendala diantaranya belum dipahaminya konsep dan pengertian GAP dan SOP dengan benar oleh petani, kurangnya kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang GAP dan SOP kepada petani hortikultura, selain dari itu hasil-hasil pertanian yang diproduksi petani masih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan pasar lokal belum berorientasi ekspor, penerapan GAP dan SOP kurang dikawal dengan baik sehingga kurang direspon oleh para petani dan pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis. Karakteristik penyuluh, motivasi, sikap, pengetahuan dan keterampilan penyuluh berpengaruh nyata pada peningkatan kompetensi penyuluh pertanian. Masa kerja merupakan indikator paling kuat merefleksikan peubah karakteristik penyuluh (λ =1,01), kebutuhan berprestasi merupakan indikator paling kuat merefleksikan motivasi (λ =1,06), sikap dalam bekerjasama (λ =1,06) berpotensi meningkatkan kompetensi penyuluh, pengetahuan teknis budidaya merupakan indikator paling kuat merefleksikan pengetahuan penyuluh (λ =1,08), keterampilan berkomunikasi secara efektif merupakan indikator paling kuat merefleksikan keterampilan penyuluh pertanian (λ =1,03), dan dukungan sarana (λ =0,82) merupakan pembentuk yang kuat dari sistem penyuluhan pertanian yang berpotensi besar untuk meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian agar dapat memenuhi kondisi ideal para penyuluh pertanian. Kinerja penyuluh pertanian berpengaruh nyata pada pengembangan Good Agricultural Practices (GAP). Dimensi kompetensi penyuluh yang bias mengembangkan kemampuan dibidang teknis (λ =0,85) dan membangun jejaring kerja (λ =0,85) berpotensi besar untuk meningkatkan kinerja penyuluh, Dari dimensi motivasi kebutuhan berprestasi (λ =1,05) dan keinginan berkompetisi (λ =0,88) merupakan pembentuk yang kuat terhadap kinerja penyuluh pertanian, sikap penyuluh pada permasalahan yang dihadapi petani merupakan pembentuk yang kuat terhadap kinerja penyuluh. Pengetahuan teknis budidaya hortikultura, peubah berkomunikasi secara efektif (λ =1,03), dukungan sarana (λ=0,82) merupakan pembentuk yang kuat terhadap peubah laten pengetahuan, keterampilan penyuluh dan sistem penyuluhan yang berpotensi paling besar untuk meningkatkan kinerja penyuluh dalam mengembangkan GAP. Strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dilakukan dengan pendekatan fasilitasi melalui strategi peningkatkan kompetensi penyuluh, penguatan karakteristik penyuluh pertanian, peningkatan motivasi penyuluh pertanian, perbaikan sikap penyuluh pertanian, peningkatan pengetahuan penyuluh pertanian, peningkatan keterampilan penyuluh pertanian, dan perbaikan sistem penyuluhan pertanian Pengambil kebijakan penyuluhan pertanian perlu meningkatkan kompetensi dan kinerja penyuluh untuk mengembangkan implementasi Good Agricultural Practices (GAP) di Provinsi Bangka Belitung. Perlu penataan sistem penyuluhan pertanian yang meliputi peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian serta perbaikan sarana dan prasarana penyuluhan dengan meningkatkan anggaran penyuluhan sehingga berdampak pada peningkatan kinerja penyuluh pertanian. Selautnya perlu penelitian lanjutan mengenai potensi anggaran dan analisa usahatani GAP hortikultura di Provinsi Bangka Belitung
No copy data
No other version available