Text
Adaptasi Penilaian Kerentaan Sedarhana/Simplified Vulnerability Assesment (SVA) Bangunan terhadap Gempa dalam Proses Desain Arsitektur di Indonesia (Studi Kasus : Kota Semarang)
Indonesia rawan gempa, banyak bangunan ‘engineered’ mengalami kerusakan dan roboh yang menimbulkan banyak korban jiwa akibat salah perencanaan. Perlu kerjasama yang baik antara arsitek dan ahli struktur untuk mencegah hal tersebut dan terciptanya earthquake architecture. Dengan cara dalam proses disain arsitek dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi kerentanan bangunannya terhadap gempa. Sayangnya belum adanya metode evaluasinya sehingga alternatifnya mengadaptasi metode SVA (Simplified Vulnerability Assesment) yaitu analisis engineering terbatas berdasarkan informasi dari gambar arsitektur dan struktur pada bangunan eksisting. The japan building disaster prevention association (JBDPA) dan Matsuro Seki mengembangkan SVA. Seki memodifikasi SVA JBDPA dan menyesuaikannya dengan peraturan gempa internasional. Tetapi kedua metode SVA tersebut digunakan untuk mengevaluasi keretanaan bangunan yang sudah ada terhadap gempa untuk tujuan retrofit sedangkan metode SVA untuk tujuan disain arsitektur sampai dengan saat ini belum ada. Novelty dari penelitian yaitu adaptasi metode SVA retrofit JBDPA dan seki menjadi SVA Disain Arsitektur yang sesuai kondisi konstruksi di Indonesia. Sebagai upaya menjawab tujuan penelitian ini yaitu membangun prosedur atau metode yang dapat digunakan oleh arsitek dalam mengevaluasi kerentanan bangunan terhadap gempa dalam proses disain arsitektur yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Setelah didapatkan metode SVA Disain Arsitektur hasil adaptasi ini divalidasi dan digunakan untuk mengevaluasi kerentanan bangunan yang ada di Semarang sebagai salah satu kota paling rawan gempa di Pulau Jawa. Hasilnya kelemahan disainnya terhadap gempa dibuat guidance-nya.
Pada penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif dengan metode studi kasus. Metode SVA Disain Arsitektur di uji validitas dan reliabilitasnya dengan uji non parametrik Wilcoxon Two-Related-Samples dan korelasi Spearman dengan 10 hasil Analisa pushover dari penelitian lain. Dari 2 uji tersebut hasilnya cukup baik memprediksi potensi kerentanan bangunan terhadap gempa dalam proses disain arsitektur dan konsistensi hasil analisanya di anggap cukup baik.
SVA JBDPA dan Seki pada prinsipnya struktur aman jika indeks kapasitas gempa struktur ≥ indeks beban gempa. Adaptasi SVA retrofit JBDPA dan Seki menjadi SVA Disain Arsitektur pada penelitian ini bahwasanya indeks kapasitas gempa struktur adalah indeks gempa dasar struktur dan indeks iregulitas. Variable—variabel dalam indeks gempa dasar struktur diadopsi dari teori “Evaluasi cepat sistem rangka pemikul momen tahan gempa sesuai SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002” Indeks gempa dasar struktur terdiri dari variable-variabel indeks dimensi kolom dan/atau dinding geser, indeks kekauan kolom dan/atau dinding geser, indeks kolom kuat/balok lemah, indeks redundasi, dan indeks daktilitas strktur. Sedangkan variable-variabel indeks iregulitas diadopsi dari teori “ Horizontal and Vertical Structural Irregularities” dari FEMA 451B. Untuk indeks beban gempa adalah perkalian indeks respon seismik dan faktor keutamaan fungsi bangunan. Dari hasil adaptasi metode SVA retrofit JBDPA dan seki menjadi SVA Disain Arsitektur sebagaimana dijelaskan diatas didapatkan 2 temuan dalam peneltiian ini yaitu temuan metode evaluasi kerentanan bangunan struktur rangka pemikul momen terhadap gempa dan temuan metode evaluasi kerentanan bangunan struktur rangka oemikul moemn dan dinding geserterhadap gempa. Setelah metode SVA Disain Arsitektur didapatkan dan divalidasi uji Wilcoxon Two-Related-Samples dengan 10 hasil Analisa pushover dengan hasil yang baik. Kelebihan SVA Disain Arsitektur memiliki kemampuan yang mendekati Analisa kerentanan Pushover dibandingkan RVS (Rapid Visual Asessment), SVA JBDPA dan SVA Seki. Terutama kriteria evaluasi struktur tahan gempa yang lebih lengkap dalam kaitan dengan preliminary design strktur bangunan dan kiteria evaluasi konfigurasi geometri regular/ireguler dalam berkaitan dengan eksplorasi disain bentuk bangunan.
Kemudian SVA Disain Arsitektur diplikasikan untuk mengevaluasi kerentanan 8 rencana bangunan yang ada di semarang yang berasal dari izin mendirikan bangunan (IMB) Dinas tata ruang kota semarang. Kota Semarang dipilih karena termasuk 3 kota paling rawan gempa di P. Jawa. Dari hasil evaluasi didapatkan kelemahan-kelemahan disain dan dari kelemahan-kelemahan tersebut dibuat guidance-nya yaitu proses form finding yang lebih tahan gempa; pengaturan dimensi balok/kolom dan kelangsingan kolom berdasarkan konsep strong column-weak beam; mengatasi kolom pendek dengan pengaturan jendela dan mengatasi kolom langsing dengan pengaturan di struktur bangunan; pengaturan letak dinding geser pada bentuk regular berdasarkan pertimbangan kekakuan struktur, mekanikal elektrikal dan sirkulasi; mengatasi iregulitas sudut dalam dengan dilatasi dan pengaturan dinding geser; mengatasi iregulitas berat al dan geometri vertical dengan pengaturan preminilary dimensi balok gradual atau merata; dan mengatasi soft story akibat perbedaan kepadatan dinding bata. Dari proses guidance di dapatkan 2 temuan tambahan yaitu persamaan penentuan dimensi kolom yang lebar dan tingginya berbeda berdasrkan rasio modul struktur dan penentuan dimensi kolom yang lebar dan tingginya yang sama berdasarkan grafik hubungan dimensi kolom dimensi struktur. Kemudian kedua temuan di uji validitasnya dengan uji Wilcoxon Two-Idependent-Samples dengan hasil kedua temuan validitasnya cukup baik dan dari uji reliabilitas korelasi Spearman kedua temuan ersebut hasil konsistennya juga sangat baik.
Kata kunci : gempa, SVA Disain Arsitektur, Simplified Vulnerability Assesment.
Inventory Code | Barcode | Call Number | Location | Status |
---|---|---|---|---|
D00039 | 693.807 598 26 Liv a | Central Library | Available |
No other version available