Text
Studi Potensi Cemaran Residu Pupuk Nitrogen pada Lahan Usaha Tani dengan Sistem Tata Air Mikro di Lahan Pasang Surut
Lahan rawa merupakan salah satu ekosistem yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Luas lahan rawa di Indonesia di perkiraka sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri atas lahan pasang surut sekitar 20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha. Pemanfaatan lahan basah oleh pemerintahan sudah dilakukan sejak tahun 1970-an. Luas lahan rawa yang telah dikembangkan pemerintahan hingga saat ini adalah 1,8 jta ha yang terdiri dari 14,5 juta ha rawa pasang surut dan 0,35 juta ha rawa non-pasang surut.
Sistem tata air di lahan pasang surut terdapat dua level, yaitu makro dan mikro. Tata air makro diartikan sebagai penguasaan air di tingkat Kawasan /areal reklamasi yang ertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase irigasi seperti navigasi, skunder, tersier, Kawasan retarder, dan sempadan sungai atau laut, saluran intersepsi dan Kawasan tamping hujan. Sedangkan mikro adalah penguasaan air di tingkat usaha tani yang berfungsi untuk mencakupi kebutuhan evaporasi tanaman, mencegah/mengurangi pertumbuhan gulma dan kadar zat beracun, mengatur tinggi muka air melalui pengaturan pintu air dan menjaga kualitas air.
Penelitian dilaksanakan di Desa Banyu Urip kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, yaitu di P17-6S (blok Skunder 6 di bagian selatan Saluran Primer 17). Dengan tata waktu dari bulan November 2015-Oktober 2016. Bahan dan alat yang diperlukan dan digunakan pada penelitian ini meliputi : peta lokasi penelitian, alat ukur curah hujan, alat ukur tinggi muka air tanah (wells dan pielschaal), alat-alat untuk sampling tanah dan air, serta peralatan analisis tanah dan air di laboratarium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Unsri. Dengan cara melakukan penyiapan satu perak tersier lahan. Penyiapan lahan ini meliputi pembersihan saluran-saluran tersier dan kuarter, untuk memastikan bahwa air dapat keluar masuk lahan dengan baik. Menyiapkan alat dan sarana pengamatan tinggi muka air baik di lahan sawah maupun di saluran tata air, yaitu dengan membuat dan memasang wells dan pielschaal. Dari petak tersier dipilih 1 petak lahan untuk perlakuan usaha tani dan pengamatan muka air tanah. Pada 5 titik yang masing-masing berjarak 25 tegak lurus dengan saluran tersier di pasang wells dan diamati setiap hari tinggi muka airnya. Demikian juga pielschaal diamati setiap hari untuk mengukur tinggi muka air di saluran. Dilakukan pengambilan sampel tanah di sawah dan air setelah petani mengaplikasikan pemupukan urea sanpai dengan setelah panen. Secra periodic, selanjutnya dilakukan sampling secara komposit dan analisis tanah dan air atas kandungan hara nitrogen di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unsri selanjutnya pengukuran tinggi muka air tanah setiap hari yang dilakukan pada wells dan pieschaal pada pukul 7.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi muka air di saluran skunder mengikuti pola pasang surut air laut, dan dipengaruhi juga curah hujan secara local. Dan tinggi muka air di lahan sawah sangat dipengaruhi oleh dinamika tinggi muka air di saluran tersier. Dinamika kandungan ammonium tanah mengikuti ketersedian sumber pupuk nitrogen yang ditambahkan, demikian juga dengan kandungan nitratnya. Terdapat perbedaan kandungan amonium dan nitrat berdasarkan lapisan tanahnya.
Kata kunci : Rawa pasang surut, tata air mikro, tata air mikro
Inventory Code | Barcode | Call Number | Location | Status |
---|---|---|---|---|
D00038 | 628.746 07 War s | Central Library | Available |
No other version available