Skripsi
RASIONALISASI PENGGUNAAN PENGHAMBAT BETA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI BAGIAN GINJAL-HlPERTENSI, DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM DI RSMH PALEMBANG PERIODE JANUARI-MARET 2005
Di Indonesia prevalensi hipertensi cukup tinggi yaitu berkisar 7-22%. Berdasarkan hasil penelitian, penderita hipertensi akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke 15%, dan gagal ginjal 10%. Untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut, digunakan obat antihipertensi, salah satunya penghambat beta. Penghambat beta cukup banyak dipergunakan dalam klinik, namun kerasionalan dalam mengkombinasikan penghambat beta dengan obat lainnya terkadang diabaikan sehingga memungkinkan efek terapi yang diharapkan tidak tercapai. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan jalan keluar mengenai ketidakrasionalan penggunaan kombinasi penghambat beta dengan obat lainnya. Untuk mengetahui rasionalisasi penggunaan penghambat beta pada penderita hipertensi di Bagian Ginjal-Hipertensi, Departemen Penyakit Dalam RSMH Palembang pada Data Rekam Medik Rawat Jalan Periode Januari sampai dengan Maret 2005, maka dilakukan penelitian survei secara retrospektif selama 1 bulan (7 April-7 Mei 2005). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengolah data rekam medik. Populasi penelitian diambil secara purposif (nonprobability sampling) dan seluruh populasi diambil sebagai sampel. Sampel penelitian ini sebanyak 418 penderita yang tercatat pada data rekam medik rawat jalan periode Januari sampai Maret 2005. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa jumlah penderita yang mendapat pengobatan dengan penghambat beta adalah 118 orang, dengan rincian laki-laki sebanyak 51 orang (43,23%) dan perempuan sebanyak 67 orang (56,77%). Umur penderita yang paling banyak mengalami hipertensi adalah > 60 tahun (34,75%). Penderita mendapatkan penghambat beta berupa bisoprolol (27,51%), propanolol (0,48%) dan atenolol (0,24%) sebagai salah satu pengobatan hipertensi. Penghambat beta yang paling banyak digunakan adalah bisoprolol dengan frekuensi penggunaan 1x1 tablet (88,14%), dosis 5 mg (90,68%), lama penggunaan 2 minggu (56,59%), dikombinasikan dengan AINS (16,03%) dan digunakan pada hipertensi ringan (28,26%). Di antara obat yang diberikan bersama penghambat beta tersebut, diuretik (12,72%) sebagai kombinasi obat yang sinergis merupakan obat yang paling banyak digunakan. Untuk kombinasi obat yang menimbulkan potensiasi, paling banyak digunakan hipnotik-sedatif (7,32%). Sedangkan kombinasi yang antagonis, pemberian analgetik dan AINS (16,03%) paling banyak dikombinasikan dengan penghambat beta. Ternyata kombinasi penghambat beta dengan obat lainnya tidak sepenuhnya nguntungkan penderita, bahkan ada yang merugikan dan tidak menimbulkan efek terapi. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai kerasionalan dalam menggunakan obat, khususnya penghambat beta, sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai.
Inventory Code | Barcode | Call Number | Location | Status |
---|---|---|---|---|
0507000942 | T81253 | T812532005 | Central Library (REFERENCES) | Available but not for loan - Not for Loan |
No other version available