Text
Hikayat Kampung Mati
Pada dasarnya, karya sastra merupakan refleksi atas realitas yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra bisa dijadikan wahana untuk membaca dan memahami proses yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Namun sayangnya, tidak banyak karya sastra yang berbicara secara utuh, terlebih lagi karya sastra dalam bentuk novel. Pada konteks tersebut, kehadiran novel Hikayat Kampung Mati menjadi sangat penting adanya. Karena isi novel ini tidak sekedar membedah dan mewakili gagasan penulisnya belaka, lebih dari itu memotret realitas masyarakat di mana penulisnya hidup.rnMembaca novel setebal 140 halaman ini, ibarat membaca perasaan dan alam pikiran orang Melayu, lebih khusus lagi, anak muda Melayu yang sedang bercinta di tengah cengkeraman kesengsaraan hidup.rnSri Gunung, mungkin itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan negeri Riau. Dari jauh sangat elok dipandang mata, namun setelah dekat kebalikannyalah yang tampak. Masyarakat lain menganggap Riau merupakan negeri yang kaya, terutama dengan sumber minyak di bawah (perut) dan di atas (permukaan) buminya, dan memang seperti itulah kabar yang disampaikan oleh pemerintah ke luar daerah. Namun kenyataannya jauh panggang dari api. Sebagian besar masyarakat di sana masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sedang yang kaya adalah mereka yang pandai melihat dan memanfaatkan peluang, serta memiliki kekuasaan.rnKekuasaan sendiri bak sebuah garis tipis yang berada di perbatasan kebaikan dan keburukan. Sekali waktu, ia lantang meneriakkan keadilan dan kebenaran. Pada waktu yang lain, boleh jadi ia tergelincir, melukai dan mezalimi manusia lain. Ia bersifat relatif yang tergantung pada pemaknaan: menguntungkan siapa dan untuk kepentingan pihak mana.rnKemiskinan di Riau yang telah menjadi relitas obyektif telah mendatangkan duka lara yang berkepanjangan di hati masyarakatnya. Dan untuk mempertegas duka tersebut, Marhalim Zaini memberikan nama “Lara” untuk tokoh rekaannya dalam novel ini. Lara bukanlah sekedar nama gadis remaja yang sedang dilamun api cinta, lebih dari itu, ia merupakan simbol kesengsaraan, kemiskinan, pendidikan rendah, dan ketidakberdayaan.
Inventory Code | Barcode | Call Number | Location | Status |
---|---|---|---|---|
1701001042 | B64545S | 813 Zai h 2007 | Central Library (CIRCULATION) | Available |
1701001043 | B64546S | 813 Zai h 2007 | Central Library (CIRCULATION) | Available |
No other version available